FF BTS - Bangtan Boys / The Seventh Case / Part 2
Jumat, 29 Januari 2016 • 07.12 • 0 comments
Author : Vanillatae
Rate : PG 15
Cast : BTS member
Main Cast : Park Jimin
Genre : Mistery,
Penyelidikan, Friendship
Seketika matanya
terbelalak...
“Ha... “
“Han...”
“Han il??
Sekolah Detektif Han il | 06:00 Pagi
“Hoayeem.... Hyung!
Kenapa kita datang sepagi ini sih?!”
Hari ini adalah
hari yang dinanti-nantikan bagi para calon detektif karena satu-satunya sekolah
detektif di Korea Selatan akan mengadakan test. Han il merupakan sekolah
detektif yang didirikan oleh detektif terkenal asal Jepang bernama Yamada
Takuro. Pembangunan sekolah ini dilakukan di akhir tahun 1983 namun sekolah ini
tak berjalan sesuai rencana karena orang-orang yang bekerja sama dengan Takuro
menghianatinya, kemudian pada awal tahun 2012 Takuro bertemu dengan Park Hansle
seorang detektif muda berbakat asal Korea Selatan. Mereka menjadi teman akrab dan sering berbagi
ide satu sama lain dari situlah ide untuk menghidupkan kembali sekolah detektif
Han il berasal. Pada pertengahan 2014 Sekolah detektif Han il mulai direnovasi didisign menyerupai rumah tradisional jepang
dengan beberapa bilik di dalamnya, lokasinyapun bukan di perkotaan yang
strategis melainkan jauh di dalam hutan yang jarang sekali di datangi
masyarakat.
“Yah!! Cepat kemari
kita hampir sampai... dasar pemalas”
Heoseok dan
Jimin tiba di lokasi sekolah sekitar pukul 06:45, namun perjalanan tidak
berhenti sampai di situ, mereka harus berjalan kaki melewati tanjakan-tanjakan
dan beberapa aliran sungai kecil untuk sampai ke bangunan sekolah.
Jimin terus
mengeluh akibat tingkah Heoseok yang sangat bersemangat untuk melihat rupa
bangunan Han il dengan mata kepalanya sendiri dan tentu saja Yamada Takuro
adalah idolanya sejak ia SMP kelas satu, walaupun begitu Heoseok sangat
keterlaluan melibatkan Jimin pada obsesinya padahal test nanti akan dimulai
pukul 12.00 siang. Tentu berat bagi Jimin karena ia termasuk orang yang susah
bangun pagi.
“Hyung! Aku
haus.. Apa kau membawa air?” Ternyata tanjakan-tanjakan itu membuat
kerongkongan Jimin kering.
Heoseok terlihat
sedang mengacak-ngacak tasnya “Jimin-ah! Kita dalam masalah”
“Ada apa!?”
“Aku lupa
membawa botol minuman! Maaf. Di dekat batu besar itu ada mata air, ayo kita
kesana”
“Heol, aku bisa
gila, seseorang tolong aku.”
Han il Pukul 12:00 Siang
TEENGG!!
Tepat pukul
12:00 siang gong dengan ukuran besar dibunyikan bertanda test dimulai, ada dua
test yang harus diikuti para calon detektif, test yang pertama yaitu test
akademik dan yang kedua guess test. Sayangnya bilik Jimin dan Heoseok berbeda.
Jimin menempati bilik 01 sedangkan Heoseok 03. Setiap bilik berisikan 25 sampai
30 calon detektif dan kebanyakan dari antara mereka berjeniskelamin laki-laki
dengan usia rata-rata 21 tahun.
#Bilik 01
“Apa ini!? Soal
ini sangat mudah dijawab” Jimin bergumam dalam hatinya. Jimin terlihat santai
mengisi soal-soal dengan jumlah 100 nomor itu bahkan tak ada jeda sedikitpun.
Tentu saja, semua soal-soal ini pernah jimin baca sebelumnya. Kalian bisa
bayangkan sendiri seberapa sering Jimin membaca buku-buku detektif.
Waktu tinggal 30
menit, terlihat kecemasan di setiap raut wajah peserta namun tidak bagi Jimin,
ia baru saja selesai menjawab soal ke-100nya. Jimin membalikan kertasnya
sebagai tanda bahwa ia telah selesai.
“Akhirnya...”
Jimin merenggangkan ototnya yang kaku akibat berjam-jam duduk bersila. Sekarang
yang harus Jimin cemaskan ialah jawabannya. Semoga ingatannya tidak meleset.
Dari tadi mata
Jimin tak henti-hentinya mengitari setiap sisi dan sudut ruangan yang ditempatinya,
sepertinya Jimin pernah sekali melihat ruangan seperti ini tapi di tv jadi Jimin
tak akan menyia-nyiakan waktu berharga ini, ia akan memanjakan matanya dengan
lukisan-lukisan misterius yang tergantung berderet di dinding bercat coklat tua
dan guci keemasan di setiap sudut ruangan. Namun seseorang berhasil mengalihkan
perhatian Jimin. Dengan terpaksa Jimin menengadah ke arah orang tersebut yang
duduk tepat di sampingnya. Seorang pria berkulit putih layaknya susu itu terlihat
mencurigakan, tubuhnya tak pernah diam dan selalu saja menunduk. Jimin pun
semakin curiga.
“Yah... Apa yang sedang kau lakukan?!” Jimin
bertanya dengan suara yang hampir tak terdengar. Badan pria itu tersentak
akibat suara Jimin. Pria dengan topi kupluk bertuliskan S.W.A.G itu perlahan
melihat Jimin.
“Ti..tidak ada!”
Balasnya. Tangannya sibuk menyembunyikan selembar kertas kecil di balik kertas
testnya.
“Bodoh..Kau kira
ini tes kenaikan kelas? Sampai-sampai membuat salinan....” Suara Jimin masih sangat
pelan.
“Yah.. Apa yang
kau bicarakan” Ia menaruh kertas itu di saku celananya.
“Kau mengelak?
Aishh kau tahu tidak.. Aku membaca buku-buku detektif selama empat tahun hanya
untuk mengikuti tes ini dan kau hanya dengan selembar kertas itu?!”
“Mwo?” Pria itu
tak dapat berkata-kata, ia tertangkap basah kali ini.
“Namamu siapa?
Aku akan melaporkanmu!” Kali ini Jimin menaikan nada bicaranya.
“Yah... Yah....
Yah... Jangan seperti ini..” Pria fahsionista itu menggenggam tangan Jimin dan
mengeratkannya.
“S.. U..
SU...G..A Suga, ck nama macam apa itu!”Ucap Jimin ketika membaca kartu tanda
peserta yang terkunci di baju kiri pria itu.
“Kumohon..
jangan laporkan aku...” Pria itu tetap tidak mau kalah, ia menahan Jimin yang
mau ke depan untuk melaporkannya.
“Yah... tidak bisa!
Aku harus melaporkanmu..”
TEENGGG!!
Gong pun kembali
berbunyi, seketika ruangan menjadi gaduh dengan suara-suara pelampiasan rasa
lega dari calon peserta. Pria tua dengan tongkat di tangan kirinya berdiri dari
kursi kayu mengkilap untuk memberi informasi tentang jadwal selanjutnya.
“Kalian akan
diberi waktu istirahat selama 30 menit. Setelah itu kembali ke tempat ini untuk
mengikuti test kedua, ingat jangan sampai terlambat.” Kata Pria tua itu dengan
penuh wibawa. Ia pun keluar dari ruangan itu setelah mengambil kertas-kertas
test yang dikumpulkan oleh pengawalnya.
“Woah...
timingnya sangat sempurna, bukan begitu mr. Suga?” Jimin menaikan sudut bibirnya
hingga membentuk smirk, sedangkan pria yang bernama Suga itu hanya
menghembuskan nafas lega.
Jimin keluar
dari biliknya. Ia melewati satu bilik untuk sampai ke bilik Heoseok.
“Oh! Heoseok
hyung!” Panggil Jimin. Bilik 03 sepi hanya ada Heoseok di dalamnya yang sedang
sibuk mengamati ruangannya, tak lupa juga ia memotret benda-benda yang menurutnya
sangat misterius.
“Aigoo.... Kapan
kau akan berhenti? Kau tidak makan?” Gumam Jimin
“Tinggal samurai
ini... Nah selesai..” Heoseok melihat gambar terakhir yang ia ambil dengan
senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.
Jimin dan
Heoseok meluangkan waktu makan siang mereka dengan makanan yang ibu Jimin siapkan
makanannya sederhana saja hanya dua gulungan kimbab yang diiris dengan
ketebalan kira-kira satu setengah sentimeter dan teh ginseng yang masih hangat
ditambah sebotol vitamin untuk Jimin, terdapat kertas pink tua menempel di
botol kecil vitamin itu.
“Jimin-ah.. ibu tahu hari ini kau akan
sangat sibuk dan harus memerlukan tenaga untuk itu ibu membeli vitamin ini
sebelum kau bangun, minuman ini akan membuat tubuhmu segar dan tak lelah.
Jangan lupa diminum. Hwaiting~!” Jimin membaca pesan singkat ibunya dengan
ekspresi yang sulit dijelaskan, ia tak tahu mau berkomentar apa.
“Phuahahaha...
Jimin-ah aku tak tahu kenapa tapi ini lucu~ tenyata ibumu overprotective yah..”
Gumam Heoseok.
“Yah begitulah, tapi
aku merasa nyaman dengan tingkah ibuku yang seperti itu..” ucap Jimin sebelum
meneguk habis vitamin yang ibunya berikan.
“Uah~ Kimbab
ibumu memang yang terbaik” Puji Hoseok menatap gulungan kimbab yang siap
dimasukan ke dalam mulutnya. Senyumannya tak pernah pudar ketika ia memakan
setiap gulungan kimbab itu.
“10 menit lagi guess test akan dimulai”
Seluruh peserta
mempercepat pergerakannya ketika terdengar suara dari speaker. Mereka dengan cepat
menyimpan kembali makan-makanan yang mereka bawa dan langsung masuk ke bilik
mereka masing-masing. Begitu pun dengan Jimin dan Heoseok, pada akhirnya kimbab
Heoseok tak dapat ia habiskan kira-kira hanya 5 dari gulungan itu yang berhasil
ia makan.
“Hyung..
fighting!” Teriak jimin sebelum memasuki
biliknya.
Seluruh peserta
telah duduk rapi di tempatnya masing-masing, tidak ada suara sedikitpun, hening
dan sunyi. Beberapa menit kemudian
seorang pria datang, ia memakai jubah berwarna merah dengan topeng keemasan
yang menutupi bagian mata kirinya.
“Annyeong...”
Sapanya dingin
“Saat ini saya
akan memberitahukan peraturan dari test ini, kalian tidak akan melakukan test
di sini tapi kalian akan dipanggil satu persatu dan akan dituntun kelantai dua,
akan ada beberapa orang dengan berbagai profesi di sana dan tugas kalian
hanyalah sederhana yaitu menebak profesi dari orang-orang itu. Mengerti?”
Jelasnya masih dengan nada dingin.
“Ne..” Jawab
para peserta serentak.
“Peserta pertama Park Tae Hwan” Pria berisi dengan tinggi
sekitar 176cm berjalan kaku menuju lantai dua. Jujur saja jimin sedikit gugup
dengan test terakhir ini karena test inilah yang menjadi penentu untuk masuk ke
sekolah detektif Han il.
35 menit berlalu
tersisa 8 orang di dalam bilik 01 termasuk Jimin dan Suga, tiba-tiba seorang
pria berseragam sekolah masuk ke dalam bilik 01, ia berjalan dengan santai dan
membungkuk ketika berhadapan dengan pria bertopeng tadi.
“Jungkook imnida”
Ucapnya masih dengan posisi membungkuk.
“Ah..
Jungkook-ssi silahkan duduk, kenapa kau baru tiba? kami sudah menunggu
kedatanganmu. Pria bertopeng itu menyambut ramah kedatangan Jungkook.
“Ck..” Umpat Jungkook
dengan tatapan datar. Jungkookpun berjalan menuju tempat duduknya.
Jimin yang dari
tadi mangamati tingkah kedua orang tersebut menjadi curiga, kedua alisnya
bertautan dan sesekali ia mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya,
seakan mencari tahu hubungan kedua orang itu.
“Sepertinya aku
pernah melihat orang itu, tapi di mana yah...”
“Peserta
no urut 23 Park Jimin”
Jimin tersentak
ketika namanya dipanggil, ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan
berjalan menuju lantai 2.
Dengan hati-hati
Jimin membuka pintu dengan ukuran yang lumayan besar. Jimin mendapati seorang
pria yang tengah menunggu kedatangannya di sisi kiri ruangan.
“Kemarilah anak
muda” ucapnya. Jimin berjalan dengan percaya diri.
“Lewat sini..”
Ucapnya lagi, tangannya menuntun Jimin ke sebuah ruangan kecil kali
ini tak ada
pintu melainkan hanya kain hitam yang
menjadi penutup. Jimin masuk ke dalam ruangan itu, Jimin memiliki sedikit
kesulitan dengan penglihatannya karena ruangan kecil itu lumayan gelap namun
Jimin dapat merasakan bahwa ia tak hanya sendirian di ruangan itu ada beberapa
orang yang berhadapan dengannya.
Beberapa detik
kemudian lampu menyala, Jimin sedikit mengerjapkan matanya berusaha
menyesuaikan matanya dengan cahaya. Terdapat tiga orang di hadapan Jimin, dua
orang pria dan sisanya wanita. Jimin memicingkan matanya, mengamati setiap
bagian tubuh ketiga orang tersebut. Merasa agak susah melihat dari jarak yang jauh,
Jimin pun berjalan mendekati target pertamanya yaitu seorang wanita
berperawakan cantik dengan tinggi sekitar 170cm. Jimin melihat mata wanita itu memiliki
sedikit kerutan. Ia memperoleh petunjuk pertamanya.
“Apa kau tipe orang
yang periang?” Jimin langsung saja melemparkan pertanyaan pada wanita itu. Para
peserta hanya di berikan tiga kesempatan bertanya, artinya setiap orang di
lemparkan satu pertanyaan.
“Tidak”
Jimin kembali
mendekati wanita itu, kini ia mengambil tangan wanita itu dan diamatinya. Jimin
beberapa kali menautkan alisnya.Berjalanlah ia mengitari tubuh wanita itu,
Jimin berjongkok untuk melihat bentuk kaki wanita itu. Tak memerlukan waktu
lama iapun kembali berdiri dengan sedikit senyuman menghiasi wajahnya.
“Aku telah
mengetahui profesimu, pertama-tama biarkan aku memberitahu kesimpulannya”
Sebenarnya
wanita itu sedikit tak percaya, bagaimana mungkin ia menebak suatu profesi hanya dengan
waktu sesingkat itu.
“Wanita bertubuh
proposional dengan wajah cantik, memiliki beberapa garis keriput di kedua
matanya, jari tengah pada tangan kanannya lebih tepatnya pada samping kuku
terdapat tonjolan kecil dan terakhir, tanda luka pada bagian belakang kaki.”
Jimin berucap dengan tenang, sesekali tersenyum karena ia yakin tebakannya pasti tepat.
“Profesimu
adalah pegawai pada sebuah perusahaan besar.” Tambah Jimin dengan menunjuk
wanita itu pada akhir kalimatnya.
“Mengapa
demikian?” Wanita itu bertanya.
“Jawabannya
sederhana saja... Aku bertanya padamu
tadi Apakah kau tipe orang yang periang? dan jawabanmu tidak tentu saja
kerena keriput di matamu bukan disebabkan karena kau sering tertawa melainkan
karena kau sering menyipitkan matamu saat menggunakan komputer hingga
berjam-jam ditambah kau tak memakai kacamata itu berarti kau akan sering
menyipitkan matamu. Untuk tonjolan di jari tangan kananmu itu di karenakan kau
sering menulis atau menandatangani berkas, setelah melihat itu aku semakin
yakin dengan tebakanku akupun memutuskan untuk melihat kaki bagian belakangmu
dan ternyata benar ada bekas luka di sana diakibatkan kau sering memakai
highheels karena itu sudah menjadi hal wajib bagi orang kantoran dan yang
membuatku lebih yakin dengan tebakanku yaitu aku menemukan ini di saku rompimu,
sebuah roti rasa coklat kau selalu membawa ini untuk jaga-jaga apabila kau
merasa lapar dan tidak sempat pergi ke kantin atau cafe karena jarak yang agak jauh.”
Dengan
berakhirnya penjelasan Jimin wanita itu langsung keluar dari ruangan tidak tahu
apa artinya tapi Jimin merasa sedikit lega.
“Satu selesai,
tersisa dua orang” Gumam Jimin.
Jimin mendekati
pria yang berusia sekitar 32-35an, hampir 10 menit mencari sesuatu petunjuk
namun tak ada yang mengganjal dari tubuh pria itu. Penampilannya sangat normal
untuk pria pada umumnya, Jimin hampir
putus asa karena tak juga mendapat satupun petunjuk, Jiminpun memutuskan untuk
memakai kesempatan bertanyanya.
“Apa kau pernah
membunuh?” Yang ditanya sedikit kaget, ia menatap Jimin dengan tatapan marah,
namun ia menjawab dengan nada suara yang sangat tenang “Tidak”
“Sekali lagi aku
tanya apa kau pernah membunuh orang?”
“Kesempatan
bertanya peserta telah habis” tiba-tiba terdengar suara dari speaker.
“Well,tak ada lagi yang perlu kutanyakan”
batin Jimin.
“Tentu saja tidak!!” Jawabnya dengan penuh
emosi. Jimin tersenyum puas dengan
jawaban yang ia dapat. Jimin kembali
memeriksa tubuh pria itu kali ini di bagian kuku kaki.
“Akan ku
beritahu kesimpulannya” Tanpa basa-basi Jimin langsung berdiri di posisinya
semula.
“Tubuh yang
lumayan atletis dengan tinggi sekitar 178cm. Benar, kau memang tidak pernah
membunuh, tujuanku yang sebenarnya bukan untuk mengetahui kau pembunuh atau
tidak well.. itu bukan urusanku, aku hanya ingin mengetes suaramu itulah
sebabnya aku mengulang pertanyaan yang sama karena aku ingin mendengar suaramu
dengan nada tinggi dan benar dugaanku suaramu sangat lantang dan nyaring, kau
tahu artinya itu? Ya, itu bukti bahwa kau sering berteriak, setelah itu aku
memeriksa kuku kakimu dan betapa beruntungnya aku hal yang aku harapkan ada di
kuku kakimu, terdapat noda coklat kehitaman di beberapa kuku kakimu yang
artinya kau sering sekali memakai sepatu sehingga profesimu adalah seorang guru
olahraga di salah satu Sekolah Dasar"
Setelah
penjelasan Jimin berakhir target kedua langsung keluar dari ruangan itu hingga
tersisa satu target lagi.
“Okay aku akan
langsung menyimpulkan”
“Bagaimana bisa?
bukankah kau harus mengamatiku dulu??” Target terakhir Jimin kebingungan.
“Tidak perlu
mengamati”
“Wah.. pasti kau
sangat hebat dalam hal menebak” Ucapnya dengan nada meledek.
“Ku anggap itu
sebuah pujian, aku akan langsung menebak lagi pula pertanyaanku
sudah habis dan
penampilanmu ini sudah sangat jelas di mataku pria dengan berat badan sekitar 60kg dan tinggi 175cm, kau kriteria orang yang banyak bicara” Jimin menaikan
sebelah sudut bibirnya.
“Tidak salah
lagi, kau tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran” Seperti biasa Jimin
menunjuk target terakhirnya.
“Huh?” Targetnya
kehilangan kata-kata.
“Tenang, aku
akan memberitahu alasannya. Selain kau banyak bicara, tubuhmu yang lumayan kurus
menandakan bahwa kau jarang makan atau tidak punya uang untuk membeli makanan,
rambutmu juga kau biarkan tumbuh lebih tepatnya tidak mampu ke salon untuk
dirapikan dan ada satu hal lagi yang membuktikan bahwa kau adalah seorang
pengangguran yaitu...” Jimin berjalan mendekati target terakhirnya itu,
tangannya ia arahkan ke sudut bibir pengangguran itu dan mengambil sesuatu di
sana, setelah dilihat lebih dekat ternyata itu remah biskuit mungkin sarapannya
waktu pagi tadi.
“Ini. yang
membuat keyakinanku naik menjadi 100%” Jimin memegang remah biskuit itu dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuknya, memperlihatkannya pada pengangguran itu
dan meniup remah itu hingga hilang dari jemarinya.
“Aisshh kenapa
aku lupa membersihkannya tadi pagi” Gumamnya malu.
“Itu bukan karena kau lupa, tapi karena
kurangnya orang disekitarmu sehingga tak ada yang mengingatkan” Jawab Jimin
sambil mengangkat sebelah alisnya dan diakhiri dengan smrik , Jimin terlihat
sangat keren saat itu.
******* The Seventh
Case (The 7th case) *******
Jimin’s House pukul 20:05 Malam
“Kuharap kita
berdua bisa lolos hyung” Sahut Jimin sambil memejamkan matanya, Jimin sedang
dilanda rasa kantuk dan lelah pasalnya restoran ramen milik keluarganya baru
saja tutup. Jimin ditugaskan untuk menjaga restoran tersebut karena kedua orang
tuanya ada keperluan di luar kota, mumpung ayahnya tidak ada Jimin bisa
seenaknya menutup restoran itu dan hari ini Jimin tutup lebih awal.
“Kalau aku sih
pasti lolos”
“Hyung!”
“Baiklah”
“Memangnya tadi
ada kesulitan?” Tanya Heoseok sambil memainkan ponselnya.
“Sedikit”
“Hyung.. cepatlah
kau cari tempat tinggal!”
“Aku tahu! Hei..
hei Jimin-ah Park Jimin!” Hoseok mengguncang kasar tubuh Jimin dengan kakinya.
“Aish... jangan
ganggu aku mau tidur!”
“Hei lihatlah
berita ini” Sepertinya Jimin tidak tertarik.
“Dengar yah aku
baca” Tetap tak terlihat respon dari Jimin.
“Sadis,
wanita paruh baya mati tercekik” Ucap Heoseok membaca judul artikel di
suatu website.
“Pasti itu hanya
artikel yang di buat-buat agar meningkatkan minat pembaca” Komentar Jimin.
“Telah terjadi pembunuhan kemarin malam di
Apgujeong jalan no.17, pada mayat korban terdapat bekas cekikan di leher dan
beberapa sayatan di telapak tangan. Dari wawancara dengan tetangga sekitar,
korban tinggal bersama dengan anak laki-lakinya. Saat ini polisi masih mencari
tau siapa dalang dari kejadian sadis tersebut”
TBC
Label: About My Bias ♥♥, BTS, FanFiction, My Diary ^^
|
Hey!!!
Walkie Talkie
My Status
My Story D' Credits
|
Posting Komentar